“Pro Kontra selamat natal” buat musuh Indonesia senang
Indonesia
adalah negara yang kaya, selain kaya akan sumber daya alamnya Indonesia
mempunyai kekayaan (keberagaman) dalam hal kepercayaan (agama). Agama yang
dilegalkan di indonesia berjumlah 6 agama yang dimana sejauh ini kehidupan
beragama di Indonesia masih tetap aman dan damai dan tidak menggangu keutuhan
negara kesatuan republik indonesia. Konflik Poso, Konflik Ambon (1999) sebanyak
12 orang meniggal dan ratusan orang luka luka, konflik Aceh, Konflik Lampung
selatan dan konflik lainnya. Tetapi berbagai konflik antar umat beragama pernah
terjadi di Indonesia tetapi konflik tersebut tidak membuat Indonesia pecah
seperti negara negara yang ada di timur tengah, dikarenakan dapat diatasi
dengan kata “Toleransi”
Toleransi
bukanlah sebuah kata yang diucapkan dan dimaknai sebagai pekerjaan yang
mengharuskan semua aspek kehidupan manusia dapat ditolerir. Semua agama punya
prinsip masing masing dalam menunjukkan toleransi kepada sesama umat manusia.
Toleransi yang sesungguhnya adalah bagaimana semua umat beragama di Indonesia
paham apa yang diajarkan dimasing masing agamanya dan tidak memaksakan kehendak
dalam berbagai hal yang berkaitan dengan prinsip agama lainnya.
Pemberitaan
akhir akhir ini yang menyebutkan bahwa “Pro Kontra Ucapan selamat natal sebagai
Polemik tak berujung” ini menunjukkan bahwa terdapat krisis pembahasan publik
di Indonesia, dimana yang dibahasnya tiap tahun adalah hal yang sama dan tidak
kunjung berakhir. Menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih mempunyai ego
masing masing. Dan belum ada SUPERBIJAK yang membuat masalah ini tuntas dan
selesai sehingga tidak lagi menjadi polemik tiap akhir tahun.
Tidakkah
kita sadar bahwa Indonesia perlu sedikit dorongan lagi agar menjadi macan Asia,
Salah satunya macan dalam bidang Ekonomi. Permasalahan akhir tahun haruslah
tidak menjadi fokus utama dari berbagai kalangan karena masalah itu sebenarnya
sudah tuntas ketika Negara ini pertama kali merdeka. Indonesia perlu memulai
menyelesaikan permasalahan bangsa Bersama sama karena jika Indonesia tetap
berkutat untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah jelas solusisnya maka
impian untuk menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor 5 dunia akan sirna.
Berita
baik ditahun lalu bahwa Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) di Indonesia tahun
2017 menunjukkan kategori baik yaitu 72,27, dengan rentang 0 sampai 100. Angka
ini menjadi pedoman bahwa Indonesia akan hancur dengan adanya konflik umat
beragama dapat dikatakan mustahil, tetapi kemustahilan itu akan menjadi
kenyataan ketika diskursus yang diangkat tiap tahun adalah permasalahan yang
sama. Jika kita semua bangsa Indonesia mengakui punya agama seharusnya yang
kita bahas dan permasalahkan adalah “Bagaimana caranya menjadikan Indonesia
sebagai bangsa berliterasi tinggi”, sebagai bangsa yang katanya beragama kita
semua harus focus bagaiaman agar keunggulan komparatif Indonesia muncul dan
dapat dijadikan sebagai ujung tombak kemajuan Indonesia.
Diluar sana banyak oknum oknum yang
ingin menguasai Indonesia, seharusnya kita semua tersadar bahwa ketika
permasalahan kecil terus terusan dijadikan trending topik maka kemajuan
Indonesia akan menjadi wacana. wacana kemajuan Indonesia akan teralisasi ketika
diskursus yang diangjat adalah topik topik terkait podasi awal untuk Indonesia
lebih maju. Contohnya diskursus tentang cara menaikkan peringkat literasi
Indonesia yang dari pering 60 dari 61 negara menjadi peringkat 10 besar.
Indonesia jangan terlalu lama membahas isu isu yang tidak penting, sebuah
pepatah mengatakan “menertawakan perbuatan yang salah (tercela) adalah salah
satu tanda matinya hati”. Kita umat beragama kita punya cita cita untuk
Indonesia yang lebih baik, maka mari kita beragama dengan sebaik mungkin. Tanpa
mengedepankan ego masing masing, JANGAN BIARKAN MUSUH MUSUH KITA TERTAWA karena
KEBODOHAN KITA SENDIRI.
Komentar
Posting Komentar